n3ZqunYfiQZRvj2KcPYxNgIGWaFaFe3cuIvzGd9W

Tathayur Bisa Merusak Aqidah Dan Memusnahkan Segala Impian. Bag: 1

Ada beberapa pertanyaan yang masuk dalam akun sosial media kami. Diantara nya adalah persoalan "gagal bercinta sebab terhalang adat tradisi yang menyimpang". Salah satunya adalah seperti pernyataan hamba Allah dibawah ini:

Badrun dan Badriyah (keduanya nama samaran) merupakan dua pasang sejoli yang saling mencintai. Suatu ketika Badrun pergi ke Rumah Badriyah untuk melamar langsung kepada kedua orang tua badriyah. Namun sebelum Orang Tua Badriyah menerima lamaran dari badrun tersebut, Orang Tua Badriyah meminta hari dan tanggal lahir si Badrun untuk dicocokkan dengan hari dan tanggal lahir Badriyah. Setelah Badrun memberi hari dan tanggal lahirnya, Orang tua Badriyah kemudian pergi ke salah seorang Kyai dan menanyakan/mencocokkan Primbon (dempok) pada Kyai tersebut.

Setelah 5 hari kemudian, Badrun pun ditelpon oleh Orang tua Badriyah untuk memberi keputusan. Dan hasil keputusannya yakni Badrun tidak diterima dikarenakan Primbon (dempok) nya tidak cocok dengan Badriyah. Kata Orang tua Badriyah, kalau hubungan Badrun dengan Badriyah dilanjutkan ke jenjang pernikahan, maka Badrun dan Badriyah akan banyak mengalami ujian dan Rizki keduanya akan seret (tidak lancar). (Tamat deskripsi Pertanyaan)

Dan dalam adat tradisi keyakinan orang Madura ada namanya "Lep Tarje" yang sungguh tradisi ini menyimpang dari ajaran islam, bahkan bisa menyebabkan kekafiran kepada Allah.

Mari kita jawab:

Tathayur Bisa Merusak Aqidah Dan Memusnahkan Segala Impian


Menyakini adanya kesialan dalam agama Islam disebut sebagai Tathayur (تطير) Atau Tiyarah (طيرة).

Apa sih Tathayur (تطير) Atau Tiyarah (طيرة) itu?

Dalam Kitab Anwarul-Buruuq Fi Anwa'il Furuuq dijelaskan:

فاﻟﺘﻄﻴﺮ ﻫﻮ اﻟﻈﻦ اﻟﺴﻴﺊ اﻟﻜﺎﺋﻦ ﻓﻲ اﻟﻘﻠﺐ ﻭاﻟﻄﻴﺮﺓ ﻫﻮ اﻟﻔﻌﻞ اﻟﻤﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰ ﻫﺬا اﻟﻈﻦ ﻣﻦ ﻓﺮاﺭ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻭﻛﻼﻫﻤﺎ ﺣﺮاﻡ ﻟﻤﺎ ﺟﺎء ﻓﻲ اﻟﺤﺪﻳﺚ «ﺃﻧﻪ - ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻼﻡ - ﻛﺎﻥ ﻳﺤﺐ اﻟﻔﺄﻝ اﻟﺤﺴﻦ، ﻭﻳﻜﺮﻩ اﻟﻄﻴﺮﺓ» ﻭﻷﻧﻬﺎ ﻣﻦ ﺑﺎﺏ ﺳﻮء اﻟﻈﻦ ﺑﺎﻟﻠﻪ - ﺗﻌﺎﻟﻰ٠

Makna: Tathoyyur adalah ber-prasangka jelek atau sial yang ada dalam hati. Sedangkan Thiyaroh adalah perbuatan yang mempengaruhi tumbuhnya prasangka sial tadi sehingga mengakibatkan seseorang menghindari berbuat sesuatu maupun lainnya.

Keduanya (baik Tatoyyur maupun tiyaroh) hukumnya haram berdasar Hadits yang menjelaskan: Bahwasanya Rosululloh SAW suka terhadap fa'al (perkiraan) yang baik dan membenci thiyaroh (ramalan yang kesialan). Dan juga karena thiyaroh tersebut termasuk bagian dari berprasangka jelek kepada Allah. (Kitab :Anwarul-Buruuq Fi Anwa'il Furuuq, Halaman: 1367)

  • Pengertian: dari penjelasan ulama diatas, akan kami coba perinci sebagai berikut:
1. Menyakini kesialan dalam Islam baik dari sebab adanya adat tradisi atau perbuatan lainnya. Hukumnya adalah haram. Sebab, nantinya akan muncul rasa dalam diri, yaitu meyakini bahwa: "kesialan tersebut memang datang akibat perbuatan tersebut", dan orang yang meyakini demikian telah menjadi kafir. Karena, hal tersebut sudah termasuk kategori mensyirik-kan atau menyekutukan Allah. Yang mana padahal, semuanya baik atau buruk, semuanya datang dari Allah bukan dari selain Allah.

Allah Subhaanahu wa ta'alaa berfirman:

أَلا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِندَ اللّهُ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ

Makna: Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu hanya datang dari Allah (tidak dari selain Allah), akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Al A’raaf [7]:131) 

Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam, mulai dari dulu sudah meniadakan ajaran keyakinan seperti ini. Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله عليه قال : (لا عدوی ولا طيرة ولا هامة ولا صفر) أخرجاه زاد مسلم (ولا نوء ولا غول).

Makna: Tidak ada A'dwa (berpindahnya penyakitnya orang yang sakit) tidak ada ajaran meyakini kesialan, tidak ada Hamah, tidak ada Safar. Imam Muslim menambahkan: Tidak ada menaruh keyakinan pada bintang, tidak ada hantu. (Kitab: Al Jami' Al Fariid Lil As-ilah Wal Ajwabah Al Kitab At Tauhid, 114)

Sceen Kitab Al Jami' Al Fariid Lil As-ilah Wal Ajwabah Al Kitab At Tauhid

Pengertian: Rasulullah sudah menghapus ajaran keyakinan kesialan ini sudah mulai dari masa beliau hidup. Namun, banyak orang awam dizaman sekarang yang masih menyakini hal tersebut, dan sudah menjadi kewajiban bagi yang berilmu menyampaikan nya dan menjauhi kejahilan tersebut.
Riwayat Sahih dari Ibnu Mas'ud:

قوله : « عن ابن مسعود رضي الله عنه مرفوعة « الطيرة شرك ، الطيرة شرك ، وما منا إلا ، ولكن الله يذهبه بالتوكل » رواه أبو داود والترمذي وصححه وجعل آخره من قول ابن مسعود »

Makna: Tathoyyur adalah kesyirikan, tathoyyur adalah kesyirikan, dan tidak ada seorang pun dari kita kecuali (telah terjadi dalam dirinya sesuatu dari hal itu), akan tetapi Allah menghilangannya dengan tawakal. (Kitab, Fathul Majid, Halaman: 361)

Dalam banyak riwayat Sahih, Rasulullah bersabda:

ورواه ابن ماجه وابن حبان . (۱) ولفظ أبي داود« الطيرة شرك ، الطيرة شرك ، الطيرة شرك . ثلاثا » وهذا صريح في تحريم الطيرة ، وأنها من الشرك ؛ لما فيها من تعلق القلب على غير الله تعالی

Makna: Thiyarah adalah syirik, Thiyarah adalah syirik, Thiyarah adalah syirik, Rasul mengulangi 3 kali. Ini menjadi dalil kuat dalam diharamkan meyakini kesialan. Dan sesungguhnya ini adalah sebuah kesyirikan, karena hati telah menyakini ada yang dapat berbuat sesuatu selain Allah. (Kitab, Fathul Majid, Halaman: 361)

Sceen Kitab Fathul Majid diatas:



Dari abdulloh bin umar berkata: Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda:

 من ردته الطيرة من حاجة فقد أشرك " قالوا يا رسول الله ما كفارة ذلك ؟ قال : " أن يقول أحدهم :

اللهم لا خير لا خيرك ولا طير إلا طيرك ولا إله غيرك

Makna: Barangsiapa yang berthiyarah sehingga membatalkan hajatnya, maka ia telah berbuat syirik", Para shahabat bertanya, "wahai Rasululloh, Lalu apa kaffarahnya?", Rasululloh menjawab, "Hendaknya ia berdoa :

اللهم لا خير إلا خيرك ، ولا طير إلا طيرك ، ولا إله إلا غيرك

Ya Allah, tiada kebaikan kecuali kebaikan dari-Mu, dan tiada kesialan kecuali kesialan dari-Mu, dan tiada sesembahan kecuali Engkau." (HR Ahmad dan At Tabrani).

 و( التطير ) التشاؤم ، وأصله الشيء المكروه من قول أو فعل أو مرئي ، وكانوا يتطيرون بالسوانح والبوارح فينفرون الظباء والطيور ، فإن أخذت ذات اليمين تبركوا به ، ومضوا في سفرهم وحوائجهم ، وإن أخذت ذات الشمال رجعوا عن سفرهم وحاجتهم ، وتشاءموا بها ، فكانت تصدهم في كثير من الأوقات عن مصالحهم ، فنقي الشرع ذلك وأبطله ، ونهى عنه ، وأخبر أنه ليس له تأثير بنفع ولا ضر ، فهذا معنى قوله صلى الله عليه وسلم ، ( لا طيرة ) وفي حديث آخر ( الطيرة شرك ) أي اعتقاد أنها نتفع أو تضر ؛ إذ عملوا بمقتضاها معتقدین تأثيرها . فهو شرك لأنهم جعلوا لها أثرا في الفعل والإيجاد

Makna: Tathoyyur adalah menganggap buruk, asalnya adalah sesuatu yang dibenci baik ucapan, pekerjaan maupun yang dilihat, orang-orang jahiliyah dulu bertathoyyur dengan menggunakan burung, mereka melepaskan burung sebelum berpergian. Jika burungnya terbang kearah kanan maka mereka mengambil berkahnya dan pergi memenuhi yang mereka butuhkan. Jika burungnya terbang kearah kiri maka mereka tidak jadi pergi dan tidak memenuhi hajatnya dan mereka menganggap ini suatu kesialan, maka hal ini menghalangi dalam kebanyakan waktu mereka dari kebaikan, jadi syare'at menafikan kesialan ini dan membatalkannya serta melaranganya.

Syare'at memberitahukan bahwa kesialan itu tidak memberikan pengaruh sama sekali baik manfaat maupun madhorot, inilah makna sabda nabi shollallohu alaihi wasallam tiada kesialan", dalam hadis lainnya "tiyaroh adalah syirik" maksudnya jika meyakini bahwa tiyaroh bisa memberikan manfaat atau madhorot.. Jika beramal berdasarkan tiyaroh dan meyakini bahwa tiyaroh bisa memberikan pengaruh maka dia telah syirik karena menjadikan tiyaroh mempunyai pengaruh dalam pekerjaan dan penciptaan. (Sahih Muslim Bisyarhin-Nawawi, Juz: 7, Halaman: 183)

Sceen Kitab Sahih Muslim Bisyarhin-Nawawi diatas:



Related Posts
NU HOW
Mari Berbagi Kebaikan :)

Related Posts