n3ZqunYfiQZRvj2KcPYxNgIGWaFaFe3cuIvzGd9W

Hukum Bekerja Kepada Orang Kafir Dalam Pandangan Agama Islam

Hukum Bekerja Kepada Orang Kafir Dalam Pandangan Agama Islam - Bekerja adalah sebuah kata yang menunjukkan adanya kesepakatan diantara dua pihak dengan adanya tujuan tertentu, baik mengharapkan upah atau tidak.

Kebanyakan warga negara Indonesia dalam sebuah riset jumlahnya sudah mencapai kisaran 9 juta lebih [1] , ini merupakan angka tambahan ketimbang pada tahun 2019 sebelum. Sebab pada tahun sebelumnya jumlah tenaga kerja Indonesia ke luar negeri mencapai kisaran 3,74 juta [2] yang rata rata agamanya adalah beragama Islam.

Lalu bagaimana hukumnya orang yang beragama Islam berkerja kepada orang kafir? Apakah boleh, lalu apakah gajinya dihukumi halal? Simak penjelasannya.

Hukum Bekerja Kepada Orang Kafir

Hukum Bekerja Kepada Orang Kafir Dalam Pandangan Agama Islam
Hukum berkerja dengan orang non muslim atau orang kafir adalah sah dan halal upah yang didapat dari pekerjaan tersebut. Asal perkejaan yang dilakukan itu memang boleh dilakukan dalam segi agama islam.

Sebab, bekerja kepada orang kafir dalam persoalan ini, sudah pernah terjadi dimasa Nabi Muhammad Saw.

Sebagaimana isi teks hadis berikut ini:

وقال ضمام بن إسماعيل: عن يزيد بن أبي حبيب، إن كعب بن عجرة قال : أتيت النبي - صلى الله عليه وسلم - فرأيته متغيرا ، فقلت : بأبي أنت ، ما لي أراك متغيرا ؟ ! قال : " ما دخل جوفي ما يدخل جوف ذات كبد منذ ثلاث " . قال : فذهبت فإذا يهودي يسقي إبلا له ، فسقيت له على كل دلو بتمرة ، فجمعت تمرا ، فأتيت به النبي - صلى الله عليه وسلم - فقال : " من أين لك يا كعب ؟ " . فأخبرته ، فقال النبي - صلى الله عليه وسلم : " أتحبني يا كعب ؟ " . قلت : بأبي أنت ، نعم ...

Makna: Dhamam Bin Ismail berkata, Dari Yaziid Bin Abi Habiib, Sesungguhnya Ka'ab Bin Ujrah, mengatakan; aku pernah datang kepada nabi Muhammad Saw, maka atau melihat wajah beliau sedang pucat. Maka aku mengatakan; ayahku adalah tebusanmu, kenapa engkau pucat?, maka nabi menjawab; karena tidak ada apapun yang masuk ke perutku, semenjak tiga hari terakhir ini.

Kemudian aku pun pergi dan menemukan orng Yahudi yang sedang memberikan minum kepada untanya, Maka, aku pun bekerja untuknya, yaitu memberikan minum kepada unta nya dengan gaji sebutir kurma untuk setiap embernya.

Akhirnya aku ku pun memiliki beberapa butir kurma lalu aku membawa-nya untuk Nabi Muhammad Saw. Lantas beliau pun bertanya; Dari mana kau memperoleh ini wahai Ka'ab, maka aku pun menceritakan kejadiannya. Beliau pun berkata; Apakah engkau mencintai-ku wahai Ka'ab, aku pun menjawabnya; iya, dan ayah saya adalah tebusanmu.[3]
  • Pengertian: ini adalah bentuk ikrar (pengakuan Nabi) bahwasanya orang Islam boleh bekerja kepada orang kafir, selama perkejaan nya adalah halal dan tidak ada unsur keharaman didalamnya.
Dan sebagaimana yang sudah dijelaskan oleh para alim ulama, akan kebolehannya berkerja kepada orang kafir:

فرع: قال أصحانبا يجوز أن يستأجر الكافر مسلما على عمل في الذمة بلا خلاف كما يجوز للمسلم أن يشترى منه شيئا بثمن في الذمة وهل يجوز للمسلم أن يؤجر نفسه لكافر إجارة على عينه فيه طريقان مشهوران ذكرهما المصنف في أول كتاب الاجارة (أصحهما) الجواز

Makna: Ulama kalangan syafi'iyah berfatwa; boleh orang yang kafir menyewa pekerja seorang yang muslim tanpa adanya perbedaan pendapat, untuk melakukan pekerjaan yang masih ada dalam tanggungan (masih akan dikerjakan kemudian) seperti dibolehkan nya orang islam membeli barang dari orang yang kafir/non muslim dengan upah yang masih ada dalam tanggungan. Lalu, apakah orang islam boleh memperkejakan dirinya sendiri ke orang kafir?, Dalam persoalan ini ada 2 komentar yang masyhur. Kedua pendapat itu disebutkan oleh mushan-nif di awal kitabul-ijarah, namun, pendapat yang paling unggul (sahih) yaitu pendapat yang memperbolehkan nya.[4]
  • Pengertian: ulama sudah sepakat bahwa orang Islam boleh bekerja dengan orang orang kafir. Namun, pekerjaan yang dibolehkan disini adalah sejenis pekerjaan yang halal dari segi agama. Seperti; bekerja sebagai penyiram perkebunan orang kafir, jaga toko dan lain lainnya. Akan tetapi, jika jenis pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang haram, seperti: menjadi penjaga tempat judi, togel, narkoba dan selainnya. Maka, orang Islam haram bekerja untuknya.
Sebab, pekerjaan yang mengandung unsur keharaman, maka haram juga untu dilakukan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh para alim ulama:

قاعدة: وهي ما يحرم فعله حرم طلبه كذ الناظم وهو عكس ما في الاشباه والنظائر اذ الذي فيها : ما حرم طلبه حرم فعله فحرمة الفعل مسببة عن حرمة الطلب لا العكس وذالك كالرشوة فعلها حرام وطلبها حرام بشرطه (ايضا كما ذكر عنهم)

Makna: Qaidah: Perkara yang tidak boleh dilakukan (notabene: Haram) maka juga haram untuk dicari. Qaidah dalam nadham ini tidak sama dengan qaidah yang terdapat pada kitab Asybah wa nadhoir, melainkan qaidah yang ada justru sebaliknya, yaitu; perkara hal yang yang haram untuk dicari, maka haram juga untuk dilakukan. Dan dari keharaman "mengerjakan" ini menyebabkan haramnya "mencari" nya, bukan sebaliknya. Seperti kasus suap, sebab mengerjakannya (suap adalah) haram, maka mencarinya pun juga demikian (haram).[5]
  • Pengertian: segala sesuatu yang haram untuk dikerjakan, seperti; mencuri, menipu, judi, narkoba, membegal dan sebagainya. Maka pekerjaan tersebut haram untuk dijadikan sebagai profesi pekerjaan anda. Hukum ini, bukan hanya berlaku kepada ketika anda bekerja kepada orang kafir, akan tetapi sekalipun bekerja sesama orang Islam, akan tetapi jika anda unsur atau sesuatu yang berkaitan dengan perkara haram, maka haram untuk and kerjakan.
Sebab, jika tetap memaksa untuk berkerja disana, maka sama saja anda seperti ikut serta menolong perkara haram, yang mana sudah jelas dilarang dalam agama Islam.

Sebagaimana dalam hadits nabi berikut ini:

من أَعاَنَ عَلَى مَعْصِيَةٍ وَلَوْ بِشَطْرِ كَلِمَةٍ كاَنَ شَرِيْكاً فِيْهاَ وفى نفس الكتاب اجرة العمل الذى يتعلق بالمعصية حرام والتصدق به منها لايجوز ولايصح إهـ.

Makna: Siapa saja yang ikut membantu terwujudnya perkara maksiat, sekalipun hanya dengan sepenggal kalimat, maka dirinya telah terlibat didalamnya. (al-Hadits), "upah pekerjaan yang berkaitan dengan perkara maksiat adalah haram" dan menyedekahkan nya, tidak boleh dan tidak juga sah.[6]

Akhir: bekerja kepada orang kafir hukumnya boleh dan gajinya adalah halal. Selama, pekerjaan tersebut tidak mengandung keharaman atau sesuatu yang berkaitan dengan perkara maksiat. Semoga bisa membantu.

Oleh: M. Rofiannur Al Hamaamuh, SN, DH
Referensi
  1. https://www.suara.com/news/2020/11/30/230204/tenaga-kerja-asing-di-indonesia-lebih-sedikit-dari-tki-di-luar-negeri.
  2. https://www.kontan.co.id/news/10-negara-penampung-tki-terbanyak-malaysia-taiwan-dan-hong-kong-mendominasi.
  3. Kitab: Tarikhul-Islam, Juz: 4, Halaman: 294
  4. Kitab: Al-Majmuu’ ala Syarh al-Muhadzdzab, Juz: 9, Halaman: 359
  5. Kitab: Al Fawaaid Al Janiyah, Juz: 2, Halaman: 302
  6. Kitab: Ihyaa Uluumiddiin, Juz: 2, Halaman: 92
Related Posts
NU HOW
Mari Berbagi Kebaikan :)

Related Posts